Berdamai dengan Ketidaksempurnaan

Annisah Athifah

Feb 2020 · Anak Hebat Indonesia

About this ebook

Berangkat dari problematika yang memunculkan gejolak perlawanan batin akan kenyataan hidup. Topik buku “Berdamai” yang satu ini diharapkan mampu membuka pikiran pembaca sekalian, bahwa hidup ini tak melulu soal keindahan, kesempurnaan, serta perwujudan impian. Faktanya, kehidupan yang kita harapkan tak selalu bisa berjalan dengan mulus. Banyak sekali lika-liku, bebatuan terjal, hingga badai yang menghalangi perjalanan setiap umat dalam merealisasikan keinginannya. Kegagalan, ketidakcocokan, kekalahan, perpisahan, semuanya merupakan bagian-bagian kecil dari ketidaksempurnaan yang bisa menerpa siapa saja.

Buku ini hadir untuk membersamai pembaca mengarungi masa-masa sulit tersebut. Mengubah pemikiran pembaca untuk senantiasa ber-positive thinking dan learning by doing dalam menjalani kehidupan yang tak sempurna. Serta mengajarkan bagaimana berdamai dengan ketidaksempurnaan itu sendiri. Jika Anda mampu berdamai, niscaya Anda mampu memaafkan. Dan jika Anda mampu memaafkan, niscaya Anda akan selalu baik-baik saja.

Sudah siap?

Ratings and reviews

nice

keren

mantap

About the author

Annisah Athifah adalah nama pena dari Vita Istiqomah. Ia lahir di Sleman, pada tanggal 8 Juli. Ia lulus dari Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sejak kecil ia menyukai dunia tulis menulis, yang hingga saat ini masih digelutinya meski harus bersinggungan dengan profesinya sebagai pengajar di SD Muhammadiyah Tonggalan, Klaten, juga sebagai pebisnis yang sedang mengembangkan sayap.

Annisah mengenal banyak orang melalui kegiatan-kegiatan volunteer dan kemahasiswaan yang telah menjadi wadah aktivitasnya semenjak dari kampus. Dari sanalah dia mengenal orang-orang yang kisah hidupnya dirangkum sedemikian rupa dalam buku ini.

Salah satu kepastian mengenai hidup adalah ketidakpastian. Sebagai manusia, Annisah sadar bahwa dia dan kita semua tak ada yang sempurna. Pun kisah-kisah yang melingkupi manusia itu sendiri. Tak jarang hal-hal terjadi di luar keinginan kita. Banyak pula rencana-rencana terbengkalai atau gagal akibat hal-hal yang sebelumnya kita anggap remeh. Manusia itu tempatnya cacat dan salah, tidak sempurna mendarah daging dalam tubuhnya, sehingga tak salah jika kemudian penulis memprakarsai buku yang akan mengajarkan kita bagaimana berdamai dengan ketidaksempurnaan ini.

Berbekal pengalaman dan pengamatan dari sekitar, penulis berusaha menyampaikan bahwa tak masalah menjadi tidak sempurna. Kita tak perlu menggerutu. Yang perlu kita lakukan adalah menerima, lalu kemudian hidup damai dengannya.